7 Contoh Produk Keuangan yang Wajib Dimiliki oleh Setiap Orang Sekarang
Zaman sekarang, kebutuhan semakin kompleks. Untungnya, produk yang bisa melayani kebutuhan tersebut juga berkembang seiring sejalan. Termasuk contoh produk keuangan.
Produk keuangan adalah segala bentuk instrumen atau alat yang digunakan untuk mengelola dan mengalokasikan dana, termasuk deposito, saham, obligasi, reksa dana, asuransi, dan lain-lain. Produk keuangan dapat digunakan untuk tujuan investasi, perlindungan, atau pembiayaan.
Kalau zaman dulu, punya rekening bank saja sudah cukup untuk menabung. Sekarang? Sudah butuh lebih dari sekadar rekening bank. Butuhnya ya yang bisa melakukan transfer ini itu dengan cepat. Butuh yang bisa dipakai untuk bayar belanjaan, makan di resto, sekaligus bayar tol. Butuh produk yang bisa sat set, tanpa ribet.
Produk keuangan adalah segala bentuk instrumen atau alat yang digunakan untuk mengelola dan mengalokasikan dana, termasuk deposito, saham, obligasi, reksa dana, asuransi, dan lain-lain. Produk keuangan dapat digunakan untuk tujuan investasi, perlindungan, atau pembiayaan.
Perkembangan Produk Keuangan
Memang, perkembangan produk keuangan sangat dipengaruhi oleh teknologi dan perubahan regulasi. Dalam beberapa tahun terakhir, ada beberapa perkembangan penting dalam contoh produk keuangan, termasuk:
- Fintech: Teknologi telah membuat produk dan layanan keuangan lebih mudah diakses dan digunakan oleh konsumen, termasuk aplikasi mobile banking, e-wallet, dan layanan pembayaran online.
- Cryptocurrency: Mata uang digital seperti Bitcoin dan Ethereum telah menjadi semakin populer dan diakui sebagai instrumen investasi.
- Produk investasi alternatif: Produk investasi seperti real estat, peer-to-peer lending, dan crowdfunding telah menjadi lebih tersedia dan terjangkau bagi investor ritel.
- Layanan keuangan inklusif: Ada upaya untuk meningkatkan inklusi keuangan dengan menyediakan layanan keuangan bagi yang sebelumnya tidak diakui oleh lembaga keuangan tradisional seperti masyarakat miskin dan pedesaan.
- Regulasi: Ada perubahan regulasi yang meningkatkan perlindungan konsumen dan membuat lembaga keuangan lebih transparan dan akuntabel.
Berikut adalah 7 contoh produk keuangan yang seharusnya kamu miliki sekarang dan ada dalam rencana keuangan yang kamu siapkan, agar hidupmu menjadi lebih mudah.
7 Contoh Produk Keuangan yang Wajib Dimiliki
1. Rekening tabungan
Beberapa waktu lalu sempat ramai dibicarakan di media sosial tentang bunga tabungan yang hanya 0%. Banyak orang terkejut karena fakta ini, padahal ya sebenarnya sejak lama besaran bunga tabungan bank itu ya memang sedikit.
So, sebaiknya memang kita tidak disarankan untuk terlalu banyak menabung di contoh produk keuangan ini. Namun, bukan berarti memiliki rekening tabungan itu enggak penting.
Faktanya, rekening tabungan tetap dibutuhkan. Kamu dapat menggunakan produk rekening tabungan sebagai alat untuk transaksi keuangan, untuk menerima gaji, transfer, mengalokasikan dana ke berbagai pengeluaran, dan lain sebagainya.
Bahkan di QM Financial, kita bisa saja punya beberapa rekening tabungan sesuai kebutuhan. Ada rekening tabungan khusus untuk menerima gaji dan operasional sehari-hari, ada rekening tabungan khusus untuk dana darurat, rekening khusus untuk belanja, dan sebagainya.
2. Asuransi kesehatan
Tidak ada yang bisa menghindari penyakit, jadi asuransi kesehatan adalah contoh produk keuangan yang juga sangat penting untuk kamu miliki.
Kamu dapat mulai menjadi peserta BPJS Kesehatan. Biasanya sih, kalau kamu kerja kantoran, secara otomatis kamu akan diikutkan sebagai peserta asuransi pemerintah ini.
Dari segi cakupan, BPJS Kesehatan sangat mumpuni dan menawarkan pembayaran yang terjangkau. Bila perlu, kamu juga bisa melengkapinya dengan asuransi kesehatan swasta sesuai dengan kebutuhan dan kemampuanmu.
3. Asuransi jiwa
Memang tidak semua orang membutuhkan contoh produk keuangan yang ketiga ini. Asuransi jiwa hanya penting dimiliki oleh kamu yang menjadi tulang punggung keluarga, terutama generasi sandwich.
Yang pasti, perhitungkan kebutuhan asuransi kamu dengan cermat, sehingga premi asuransi sebanding dengan manfaat yang dapat kamu terima. Jangan malas membaca polis asuransi, karena dari polislah kamu bisa mendapatkan informasi lengkap mengenai produk asuransi yang bersangkutan, termasuk informasi mengenai premi dan santunan.
4. Kartu kredit
Kartu kredit itu memang merupakan contoh produk keuangan yang multiguna; dapat digunakan di mana saja, kapan saja untuk hal-hal yang cepat dan nyaman. Sayangnya, banyak orang menganggap kartu kredit sebagai “rekening tabungan”, tempat kita dapat menarik uang terlebih dahulu dan menyimpannya kemudian. Lebih parah lagi, banyak yang menganggapnya sebagai “uang kaget” atau “uang gratis”.
Persepsi ini salah dan perlu diperbaiki. Gunakan kartu kredit sesuai kebutuhan, jangan berlebihan. Bunga dikenakan untuk setiap penggunaan kartu kredit, yang kemudian menjadi pembiayaan tambahan. Jadi, Jjka memungkinkan, bayar tagihan secara penuh sebelum jatuh tempo.
Enggak masalah kok kalau kamu pakai kartu kredit karena pengin memanfaatkan promosi atau bonus. Tapi selalu ingat untuk membayarnya kembali.
5. Dompet digital
Produk keuangan dompet digital saat ini sangat populer di kalangan generasi milenial dan gen Z. Selain memberi kenyamanan, contoh produk keuangan ini juga cukup menarik dan dianggap lebih praktis. Selain itu, banyak operator dompet digital yang menawarkan cashback, diskon, dan berbagai promosi lainnya untuk berbagai jenis transaksi. Ya, siapa yang nggak mupeng lihat penawaran cashback?
Kamu bisa memfungsikan dompet digital ini untuk pos belanja atau lifestyle. Misalnya, sisihkan sebesar 10% dari penghasilan di dompet digital ini. Selama masih ada saldo, kamu bebas belanja apa saja yang kamu inginkan. Sounds fun, right?
6. Investasi
Perkembangan teknologi juga mendorong aktivitas investasi menjadi lebih mudah sekarang. Sudah enggak perlu harus datang sendiri ke kantor sekuritas, kamu bisa berinvestasi secara online dengan sangat mudah. Mulai dari deposito, beli emas, reksa dana, saham, crowdfunding hingga crypto.
Namun tetap waspada ya. Pasalnya, penawaran return yang menarik, kasus keamanan dan kerahasiaan data pribadi, dan masih banyak risiko lainnya tersembunyi dalam investasi online.
Kenali berbagai contoh produk keuangan untuk investasi, pilih yang sesuai dengan kebutuhan, tujuan keuangan, dan kemampuanmu. Kamu enggak perlu memaksakan diri untuk mengikuti tren, karena apa yang cocok untuk orang lain belum tentu cocok untukmu. Lakukan analisis yang cermat agar keputusan investasi kamu matang dan bijak.
7. Dana Pensiun
Banyak dari kita yang sampai sekarang masih mengabaikan peran penting perencanaan pensiun yang komprehensif. Padahal, sementara masih muda, kita masih punya banyak waktu, maka penting untuk mulai mempersiapkan diri dari sekarang.
Saat kita pensiun, kita tidak lagi memiliki penghasilan aktif, sementara kebutuhan hidup masih ada. Karena usia tua tidak produktif, satu-satunya hal yang dapat diandalkan adalah pendapatan pasif.
Untuk membangun pendapatan pasif ini, kita membutuhkan waktu untuk mempersiapkannya. Jadi jangan ragu, karena perencanaan dana pensiun adalah salah satu hal yang perlu kamu rencanakan sebelum tujuan keuangan lainnya.
Itu dia 7 contoh produk keuangan yang seharusnya kita miliki sekarang ini. Bagaimana? Produk keuangan mana yang belum kamu miliki? Mungkin, ke depannya kamu harus mulai membuat rencana untuk memilikinya dengan segera.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 Langkah Mengelola Gaji ala Bunda Corla
Siapa yang belum kenal Bunda Corla? Ah, pasti sudah tahu betul nih ya. Atau mungkin selalu menonton Instagram Live-nya?
Buat yang sudah mengikuti, pasti tahu kan, bahwa Bunda Corla bekerja di sebuah waralaba resto cepat saji yang sudah mendunia di Jerman. Dan, beberapa waktu yang lalu, ia menceritakan seluk beluk pekerjaannya di restoran tersebut. Bahkan, sampai mau menyebutkan berapa gaji yang diterimanya.
Nah, ini menarik. Karena dari cerita Bunda Corla tentang gajinya ini, kita bisa belajar banyak darinya untuk mengelola keuangan dengan baik.
Bunda Corla dan Gaji sebagai Karyawan Restoran
Karyawan restoran bukan merupakan profesi yang terlalu wah. Beda dengan pengacara, dokter, arsitek, pekerja tambang minyak lepas pantai, CEO, dan sejenisnya yang identik dengan gaji yang besar. Baik di Jerman maupun di Indonesia, karyawan restoran waralaba seperti ini kurang lebih berada di “level” yang sama.
So, kita bisa anggap bahwa Bunda Corla bisa mewakili selapisan masyarakat umum yang ada di Indonesia juga.
Secara angka, memang gaji Bunda Corla terlihat besar. Menurut pengakuannya, ia menerima gaji kotor sebesar EUR 2.000. Jika diperhitungkan dengan kurs rupiah saat artikel ini ditulis, EUR 1 = Rp15.600. Itu artinya gaji kotor yang diterima adalah Rp31.200.000. Gaji tersebut dipotong untuk pajak, dana pensiun, dan jaminan kesehatan, sehingga gaji yang diterima bersih adalah sebesar EUR 1.600. Ini artinya 80% dari gaji kotor.
Dari EUR 1.600, EUR 400 dipakai untuk membayar rumah, sementara untuk keperluan lain-lain anggarannya EUR 600. Dengan demikian, masih ada sisa dana yang cukup banyak yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Bahkan, Bunda Corla juga bisa mengirimkan sejumlah uang untuk keluarganya di Indonesia.
Dengan dana yang tersisa, Bunda Corla mengaku sangat cukup. Bisa makan enak setiap hari.
Pelajaran Mengelola Keuangan dari Bunda Corla
Jadi, apa nih yang kita pelajari?
1. Bagi sesuai kebutuhan dan kondisi masing-masing
Kalau mau direkap, maka pengelolaan Bunda Corla membagi anggarannya yang terdiri atas rumah : keperluan lain-lain : kebutuhan hidup dengan proporsi 25% : 37.5% : 37.5%.
Nah, kamu bisa membaginya pos pengeluaran dengan menyesuaikan kondisi kamu juga. Rekomendasi dari QM Financial adalah 4-3-2-1, yaitu 40% untuk kebutuhan sehari-hari, 30% untuk cicilan utang, 20% investasi, dan 10% lifestyle.
Angka ini tidak mutlak, kamu sangat bisa menyesuaikan sendiri dengan kondisimu. Misalnya kamu tak punya cicilan utang, dan memilih mengalihkan 30% ke pos investasi juga boleh. Atau mau kamu pakai senang-senang di pos lifestyle juga boleh banget.
2. Pentingnya dana pensiun
Untuk dana pensiun, hak Bunda Corla sudah dipenuhi oleh perusahaan tempatnya bekerja. Sudah ada pemotongan sekian persen dari gajinya setiap bulan. Hal ini juga berlaku di Indonesia bagi sebagian besar karyawan perusahaan.
Namun, sebagian profesi lain tidak mendapatkan hal ini karena satu dan lain hal. Misalnya saja untuk kamu yang berprofesi sebagai pekerja lepas, part timer, dan sejenisnya. So, kamu perlu membangun dana pensiunmu sendiri.
Baik kamu yang sudah difasilitasi oleh perusahaan ataupun yang harus membangun sendiri, sebaiknya hitung kebutuhan pensiun dengan cermat, agar nantinya kamu juga bisa mempersiapkannya dengan baik. Banyak orang gagal pensiun sejahtera karena ternyata mereka salah perhitungan; dikira sudah cukup, ternyata enggak. Akibatnya, ada yang harus kembali bekerja di masa pensiunnya, ada yang kemudian menjadi beban anak-anak mereka, dan sebagainya.
Kamu pastinya tak mau hal ini terjadi kan?
3. Pentingnya jaminan kesehatan
Untuk kesehatan, Bunda Corla juga sudah difasilitasi oleh kantor tempatnya bekerja. Hal ini pun berlaku di Indonesia, ketika perusahaan-perusahaan wajib mengikutsertakan karyawannya pada BPJS Kesehatan. Skema iurannya juga sama, yaitu dengan pemotongan gaji, yang nominalnya juga masih cukup terjangkau.
Cakupan perlindungan dari BPJS Kesehatan ini sudah sangat memadai, sebenarnya. Mulai dari ada jaminan melahirkan sampai beberapa penyakit kronis juga tercover. Namun, jika sekiranya masih belum memadai, bisa juga jika kamu menambah dengan asuransi kesehatan swasta lainnya.
Pastikan setiap orang yang biaya hidupnya kamu tanggung juga memiliki BPJS Kesehatan ya.
4. It’s ok untuk membantu kebutuhan keluarga
Seorang Bunda Corla saja dengan rela membantu keluarga, dengan mengirimkan sejumlah uang. Masa kamu mengeluh ketika keluarga perlu dibantu?
Sebagai orang yang murah rezekinya, sudah sepantasnya kan, kita membantu sesama? Apalagi ini keluarga. So, it’s ok banget jika kita membantu keluarga, termasuk dalam hal finansial.
Masukkan “bantuan” ini dalam anggaran, agar terkontrol dan tetap enggak berlebihan setiap bulannya. Dengan demikian, kebutuhan hidup kamu yang lain—yang juga tak kalah penting—bisa tercukupi dengan baik.
5. Bukan angkanya, tapi “cukup”
Bunda Corla sempat bilang, “Jangan lihat angkanya dulu.” –tapi Bunda menekankan bahwa dengan penghasilan sebesar itu, ia merasa cukup banget untuk memenuhi kebutuhan.
Memang kalau dilihat angka, cukup besar ya. Setara Rp31 juta lo, gaji kotornya. Tetapi ingat, bahwa taraf hidup di Jerman pastinya berbeda dengan Indonesia. Untuk membayar rumah saja, Bunda Corla harus menganggarkan EUR 400 sendiri, itu artinya Rp6 juta setiap bulannya. Kalau di Indonesia, Rp6 juta mungkin bisa dipakai untuk kontrak rumah per tahun atau per 6 bulan.
So, belajar yuk, untuk bisa merasa “cukup” dengan mengelola gaji atau penghasilan dengan baik. Itu salah satu bentuk kita mensyukuri rezeki yang sudah diberikan lo.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mengatur Keuangan Keluarga Saat Suami Tak Berpenghasilan
Baru-baru ini ada thread viral tentang keputusan seorang istri mengikhlaskan suaminya resign dari kantor tempatnya bekerja, karena alasan kesehatan. Setelah menelusur, ada satu hal yang cukup menarik yang bisa ditarik sebagai pelajaran ketika akhirnya suami tak berpenghasilan dan mengandalkan penghasilan istri saja.
Memang ya, hidup di Indonesia itu cukup challenging. Beberapa norma yang berlaku masyarakat kadang lantas membuat pihak-pihak tertentu menjadi tampak “tidak normal” jika tidak diikuti. Termasuk soal penghasilan untuk keluarga. Umumnya, suami memang dianggap seseorang yang seharusnya menjadi tulang punggung keluarga; memberi nafkah istri dan bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Namun, kadang, fakta di lapangan berkata lain. Karena berbagai sebab, suami tak dapat melakukan tugas, dan harus melimpahkan tanggung jawab sebagai penafkah kepada istri. Salahkah suami jika melakukan hal tersebut? Enggak selalu, karena banyak alasannya. Kesehatan adalah salah satu alasan terbesarnya. Tapi ya begitulah, saat gaji istri lebih besar saja kadang jadi masalah. Apalagi kalau suami tak berpenghasilan. Di Indonesia, ini adalah masalah yang besar.
Mengatur keuangan dari penghasilan satu pintu tentu bukan perkara mudah. Apalagi kalau kedua pasangan tadinya sama-sama bekerja. Penurunan pemasukan keluarga pasti akan memengaruhi kondisi ekonomi. Sedikit atau banyak, itu relatif.
Terlepas dari soal stigma sosial yang harus dihadapi, persoalan keuangan ini juga akan menjadi tantangan besar bagi pasangan dengan suami tak berpenghasilan. Pasalnya, kita tidak bisa menutup mata bahwa masih ada gap antara penghasilan perempuan dan pria di Indonesia. Masih banyak perempuan bekerja yang digaji lebih rendah daripada pria untuk level jabatan yang sama. Tak hanya soal feminis, tapi data yang menyatakannya. Jadi, walaupun istri mengambil alih peran penafkah keluarga, tetapi bisa jadi penghasilan ya tetap saja tidak akan sebesar penghasilan suami yang bekerja.
Artinya, masalah keuangan ini adalah masalah yang serius. Apalagi kita masih dalam situasi tak berkepastian seperti sekarang. Kebutuhan makin banyak, sekaligus semakin sulit didapatkan.
Lalu, bagaimana ya cara mengatur keuangan bagi keluarga dengan suami tak berpenghasilan?
Atur Keuangan untuk Keluarga dengan Suami Tak Berpenghasilan
Pastikan pertimbangan dan persiapannya matang
Kalau menelusur dari thread viral yang disebutkan di awal tadi, ada penjelasan bahwa sebelum suami tak berpenghasilan, keluarga tersebut sudah punya tabungan 10x gaji dan sempat membeli asuransi yang memadai. Seiring waktu, malahan tabungan ini tidak perlu digunakan sama sekali, dan kebutuhan hidup dapat dipenuhi dari penghasilan istri sepenuhnya.
So, apa moral of the story? Yes, persiapan yang matang.
Memutuskan resign tak boleh dilandasi emosi, karena bisa membuat kita bias dalam mengambil keputusan hingga akhirnya tak melakukan persiapan. Padahal, hidup ke depan setelah resign harus dipikirkan dengan baik, apalagi jika sudah ada tanggungan.
Atur kembali rencana dan anggaran
Mengelola keuangan rumah tangga dari penghasilan 2 pintu menjadi satu pintu bukan perkara gampang. Karena itu, persiapan adalah koentji dan kemudian lakukan financial check up untuk membuat evaluasi dan mengetahui secara pasti kondisi keuangan keluarga saat suami tak berpenghasilan lagi.
Atur kembali rencana keuangan yang mungkin tadinya sudah ada. Kamu bisa meninjau kembali tujuan-tujuan keuangan, dan menyusun ulang berdasarkan hasil financial check up yang sudah dilakukan. Buat anggaran yang sesuai dengan perubahan yang terjadi.
Cicilan utang dan kebutuhan primer menjadi prioritas utama. Yang lain, kamu bisa sesuaikan dengan kemampuan. Bahkan investasi bisa dikurangi dulu, selama keuangan belum stabil lagi. Ke depannya, fokuslah pada menjaga cash flow agar tetap positif.
Amankan Dana Darurat dan Asuransi
Punya asuransi kesehatan adalah hal yang tak bisa ditawar. Asuransi kesehatan akan dapat memberikan perlindungan yang sesuai dengan kebutuhan. Apalagi biaya kesehatan terus meningkat. Meskipun iurannya naik, tapi BPJS Kesehatan tetap bisa jadi pilihan pertama. Selanjutnya, tergantung kebutuhan.
Jika istri kemudian menjadi penafkah utama karena suami tak berpenghasilan, maka pastikan istri memiliki asuransi jiwa. Setelah itu, pastikan dana darurat dalam kondisi yang memadai juga.
Tinjau kembali cicilan utang
Memang dalam praktiknya, cicilan utang harus menjadi prioritas apa pun kondisinya. Tapi saat suami tak berpenghasilan, maka bisa jadi cicilan akan menambah beban. So, coba cari cara untuk meringankannya.
Barangkali ada beberapa cicilan yang bisa dilunasi dulu sebelum akhirnya suami resign. Terutama untuk cicilan konsumtif yang berbunga besar. Pastikan untuk tidak menambah utang besar dan konsumtif saat nanti keuangan belum stabil.
Jika memang perlu, kamu bisa mengajukan restrukturisasi utang yang cicilannya terlalu besar dan membebani. Mungkin ada diskon bunga, atau tenor bisa diperpanjang. Apa pun kondisinya, sebaiknya dijelaskan pada pihak pemberi pinjaman. Prinsipnya, mereka akan lebih memilih melunakkan pinjaman daripada risiko gagal bayar meningkat. Termasuk KPR.
Tambah penghasilan
Jika memang perlu dan memungkinkan, cobalah untuk mencari alternatif lain demi mendapatkan penghasilan tambahan. Baik untuk suami maupun hal yang bisa dilakukan berdua.
Memang, kualitas hidup tak hanya tergantung pada penghasilan yang didapatkan, tetapi pada cara kelola uang yang ada. Tapi bagaimanapun, keluarga dengan keuangan yang sehat pastilah akan lebih mudah menjalani kehidupan. Karena itu, kita tetap realistis dan berusaha agar ‘dapur tetap mengepul’, apa pun caranya asal halal.
Dana Pensiun
Suami tak berpenghasilan bukan berarti pensiun, jika sekarang masih mengandalkan penghasilan aktif untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. So, tetap ada PR besar untuk bisa membangun aset aktif yang nantinya bisa memberikan passive income. Pasalnya, bagaimanapun juga, nantinya jika istri yang akan menjadi tulang punggung keluarga, akan ada waktu juga baginya untuk pensiun.
So, meski berat, persiapkan sejak sekarang.
Itu dia cara mengatur keuangan keluarga jika suami tak berpenghasilan, dan hanya mengandalkan dari penghasilan satu pintu, yaitu dari istri.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mau Pensiun Sejahtera? Bisa kok, Tapi Ada Syaratnya!
Siapa yang enggak pengin pas pensiun bisa tercukupi kebutuhannya, syukur-syukur malah bisa bantu-bantu anak cucu, traktir mereka sesekali, kasih cucu angpau di hari Lebaran, dan sebagainya? Ya, seperti itulah gambaran dari pensiun sejahtera.
Mandiri dan sejahtera. Duh, impian banget deh.
Namun, menurut survei Future of Retirement yang dilakukan oleh HSBC tahun 2019 menyatakan dengan jelas bahwa 9 dari 10 orang Indonesia ternyata tidak siap pensiun sejahtera.
Dari sumber yang sama, juga terungkap fakta bahwa 68% responden berharap untuk bisa menjalani pensiun dengan nyaman, tetapi baru 30% yang sudah mulai mempersiapkannya sejak masih produktif. Padahal, rata-rata dari responden—sebesar 83%–mengaku khawatir akan kenaikan biaya perawatan kesehatan di masa depan, dengan 77% khawatir bakal kehabisan dana saat pensiun.
Tapi kenyataannya, buat anak muda, memikirkan dana pensiun itu sangatlah tidak asyik. Tidak seasyik kalau membuat rencana liburan, beli mobil, beli gadget terbaru, dan sebagainya.
Padahal, sebenarnya, jika persiapan untuk pensiun ini dilakukan sejak dini, bahkan kalau bisa ketika kita mulai bisa memiliki penghasilan sendiri, kita tak perlu lagi khawatir lo. Bebannya akan semakin ringan, seiring waktunya yang juga lebih panjang. Jaminan tercapainya juga lebih besar, karena memang waktulah yang menjadi teman kita dalam hal mempersiapkan dana pensiun yang memadai.
Pasalnya simpel. Secara logika saja, untuk menabung tiap bulan hingga mencapai Rp1 miliar akan lebih ringan bebannya kalau kamu mengumpulkannya dalam waktu 30 tahun, ketimbang harus mengumpulkan dalam waktu 10 tahun kan? Apalagi kalau usia sekarang lagi di puncak produktivitas. Ibaratnya, banyak peluang bisa dimanfaatkan untuk semakin gaspol membangun dana pensiun.
Kalau kondisinya seperti ini sekarang, jadi pesimis nggak sih buat bisa merasakan pensiun sejahtera? Apalagi dengan kebutuhan di saat ini yang juga tak boleh diabaikan. Mana inflasi tinggi, lagi! Duh!
Tenang, tenang. Nggak usah panik.
Sebenarnya mencapai pensiun sejahtera itu bisa kok kita wujudkan. Asal …
Syarat yang Harus Dipenuhi agar Bisa Pensiun Sejahtera
Memiliki kebiasaan keuangan yang baik
Yuk, coba dicek lagi yang sekarang dilakukan. Sudah benar belum? Apakah kamu sudah membagi penghasilanmu ke dalam pos-pos sesuai kebutuhan dan prioritas? Sudahkah kamu mengalokasikan investasi untuk bangun dana pensiun seperti halnya alokasi pengeluaran penting lain? Sudah investasi di awal atau masih pakai sisa uang belanja?
Kebiasaan mengeluarkan uang sehari-hari juga akan menentukan bisa tidaknya mimpi pensiun sejahtera dicapai. Kalau sekarang saja sudah sulit berhemat, di masa pensiun besar kemungkinan akan menemui kesulitan juga. Yuk, mumpung masih lama, coba jalani gaya hidup secukupnya. Pasalnya, yang mahal memang gaya hidup, biaya hidup mah bisa diatur.
Kebiasaan keuangan yang kita lakukan saat ini akan menentukan hasil yang akan kita dapatkan nantinya.
Disiplin melunasi utang
Utang merupakan salah satu hal keuangan terbesar yang harus dibereskan sebelum kamu memasuki usia pensiun.
Memangnya kalau tidak, kenapa? Ya, bayangkan saja kalau kamu masih harus membayar utang, sementara sudah pensiun—yang artinya sudah tidak produktif dan tidak ada sumber dana aktif.
Utang adalah satu beban yang harus segera dikurangi menjelang masa pensiun. So, hitung lagi posisinya sekarang, jika kamu baru mau bangun dana pensiun. Semoga sih, dengan disiplin membayar cicilan, menjelang pensiun nanti semua utang sudah lunas ya.
Memiliki proteksi yang memadai
Nah, kembali lagi ke hasil survei HSBC di atas, bahwa 83% responden mengaku khawatir akan kenaikan biaya perawatan kesehatan di masa depan. Karena itu, adalah penting bagi kamu untuk memastikan bahwa asuransi kesehatanmu terus aktif hingga masuk usia pensiun nanti. Jangan sampai terputus ya, iurannya.
Cek juga apakah kamu perlu memiliki tambahan asuransi kesehatan swasta, jika sudah punya BPJS Kesehatan. Siapa tahu, ada perlindungan tambahan yang kamu perlukan seiring waktu kan?
Namun, pastikan juga agar tetap sesuai dengan kemampuan finansialmu. Jangan sampai terbebani membayar premi, tetapi kebutuhan lain malah tak terpenuhi.
Yuk, Siapkan Jalan Menuju Pensiun Sejahtera!
Siapa pun bisa kok mewujudkan pensiun sejahtera, asalkan ketiga syarat di atas dipenuhi, siapkan selagi muda, dan buat rencana pensiun yang komprehensif dan realistis untuk mewujudkannya.
Tak hanya dari sisi karyawan, sudah sewajarnya juga bagi perusahaan untuk ikut andil dalam menyiapkan karyawan untuk siap pensiun sejahtera sejak dini. Pasalnya, ada banyak keuntungan yang bisa didapatkan, seperti bisa menghindarkan perusahaan dari beban arus kas yang berlebihann di masa depan, bisa meningkatkan nilai tambah pada perusahaan itu sendiri, dan sebagainya.
Yuk, isi survei persiapan masa pensiun sejahtera ini, dan dapatkan learning kit melalui email! Tinggal klik saja tautannya, dan isi formnya. Learning kit SIAP PENSIUN SEJAHTERA akan dikirimkan setelah survei di-submit.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Ini 3 Masalah Keuangan yang Dihadapi oleh HR dari Karyawannya
Banyak yang mengira, bahwa masalah keuangan muncul sebagai akibat dari penghasilan sebagai karyawan yang terlalu kecil. Lalu, solusinya, karyawan pun menuntut pada perusahaan melalui divisi HR, atau Human Resources, untuk menaikkan gaji.
Nah, pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah dengan begitu, masalah keuangan lantas bisa hilang atau terselesaikan? Ternyata, enggak juga. Faktanya, gaji naik eh … ternyata lifestyle juga naik. Gaji besar pun juga dirasa enggak cukup, karena seiring waktu, kebutuhan juga lebih banyak. Bahkan bisa jadi, gaji besar, utang juga besar. Ouch!
Mau tahu, masalah keuangan apa yang biasanya dihadapi oleh HR dari karyawan? Ternyata 3 hal ini loh yang paling sering.
3 Masalah Keuangan yang Paling Sering Dihadapi oleh Karyawan
1. Kelola gaji
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Virginia Tech Study di Amerika Serikat menyebutkan, bahwa 1 dari 5 karyawan terlilit masalah keuangan, yang lantas menghambat kinerja karyawan itu sendiri selama di kantor; tingkat ketidakhadiran tinggi dan produktivitas menurun. Sementara, QM Financial sendiri pernah melakukan survei, yang hasilnya menyebutkan bahwa 51% karyawan merasa gajinya tidak cukup.
Kedua hasil survei di atas mengungkapkan satu fakta besar: tingkat pengelolaan gaji karyawan masih kurang.
Sebagian besar perusahaan sudah memberikan gaji yang sesuai dengan aturan, yakni sama dengan atau di atas UMR. Tentu saja, banyak faktor lain yang juga memengaruhi besaran gaji karyawan. Tetapi, pada dasarnya, UMR ditentukan sudah melalui prosedur yang panjang, dengan beracuan pada besaran kebutuhan hidup minimal seorang lajang di domisili yang sama dengan kantornya. Jadi, seharusnya besaran gaji akan cukup jika digunakan dengan bijak.
So, besar kemungkinan akar masalahnya memang pada skill untuk mengelola gaji dengan baik. Tanpa pengelolaan keuangan yang benar, gaji seberapa besarnya pun pasti akan enggak cukup. Karyawan tidak dapat mengatur prioritas, sehingga tak pernah ada rencana keuangan. Kalau sudah begini, berbagai kebutuhan hidup bisa terhambat untuk dipenuhi.
2. Utang
Utang juga merupakan salah satu masalah keuangan yang kerap dihadapi oleh HR dari karyawan.
Salah satu contohnya adalah karyawan terlilit utang pinjaman online, alias pinjol. Faktanya, karyawan memang sasaran empuk penipu-penipu utang pinjol. Tak sedikit kasus lilitan pinjaman online, dari yang hanya Rp1 juta menjadi puluhan juta yang muncul dengan korban para karyawan. Dan, salah satu yang sering dibuat repot oleh karyawan karena utang pinjol adalah bagian HR kantor. Terutama jika pinjol yang bersangkutan adalah pinjol ilegal. Teman-teman sekantor ikut menjadi korban teror. Belum lagi banyaknya penawaran jenis utang lainnya, seperti paylater, kartu kredit, KTA, dan berbagai jenis utang lainnya.
Posisi sebagai karyawan sebenarnya menguntungkan, jika dilihat dari sudut pandang yang lain. Penghasilan yang teratur membuat skema pengembalian utang dengan cicilan seharusnya bisa dilakukan dengan baik. Memang utang sekali waktu bisa menjadi solusi, terutama untuk tujuan produktif. Namun, bahkan masih banyak yang belum paham beda utang yang perlu dan tidak perlu. Tanpa pertimbangan matang dan skema pengembalian yang sesuai, utang bisa jadi masalah keuangan yang cukup besar di kemudian hari.
3. Pensiun
Masalah keuangan lain yang juga sering harus dihadapi oleh HR dari karyawan adalah soal pensiun.
Masalah pensiun ini memang seharusnya menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing karyawan. Tetapi, perusahaan yang baik juga akan ikut mempersiapkan pensiun bagi karyawannya. Hal ini sesuai dengan UU No. 13 Taun 2003 tentang Ketenagakerjaan, bahwa perusahaan punya kewajiban untuk membayarkan imbalan pascakerja, yang termasuk di dalamnya adalah dana pensiun. Memang sudah ada Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun, dengan alokasi dana yang dibagi antara karyawan dan perusahaan, tetapi apakah memang cukup? Mengingat angka harapan hidup masyarakat Indonesia juga naik di tahun 2022 ini, dari 73.4 menjadi 73.5.
Tanpa menyiapkan dana pensiun yang memadai, bisa jadi nantinya cash flow perusahaan terganggu karena mendadak harus membayar dana pesangon pensiun untuk karyawannya. Apalagi jika ternyata, si karyawan juga tak siap dana pensiun secara mandiri.
Dikutip dari Detik Finance, dalam survei yang dilakukan oleh HSBC global bertajuk Future of Retirement, yang dilakukan terhadap 17.405 orang di 16 negara dengan 1.050 di antaranya responden dari Indonesia, menunjukkan fakta yang menarik. Tiga dari 4 responden dalam survei ini mengaku bahwa mereka mengharapkan bantuan dari orang lain—dalam hal ini, anak-anak mereka—untuk dapat memenuhi kebutuhan di masa pensiun. Sementara, sebanyak 2 dari 3 responden usia kerja bertekad akan terus bekerja setelah masa pensiun tiba, dengan 54% di antaranya ingin berwirausaha dan 25%-nya ingin kembali mencari pekerjaan.
Padahal seharusnya, masa pensiun adalah masa-masa karyawan menikmati hasil kerja kerasnya selama puluhan tahun bekerja. Betul?
Kesimpulan
Kalau dilihat per masalahnya, kunci permasalahan yang umum terjadi adalah pada mindset karyawan yang masih keliru dalam pemahaman pengelolaan dan perencanaan keuangannya.
Bahwa bukan masalah besar kecilnya gaji yang jadi akar masalah keuangan yang dihadapi oleh karyawan, melainkan bahwa gaji yang tidak dikelola dengan baik maka tetap saja kebutuhan akan sulit dipenuhi. Alih-alih memanfaatkannya untuk hal-hal esensial, gaji malah dihabiskan untuk hal-hal yang kurang penting. Bahkan sering kali, karyawan malah enggak tahu ke mana saja gajinya pergi.
Tanpa pengelolaan dan perencanaan keuangan yang baik, tujuan keuangan—baik jangka pendek, menengah, hingga jangka panjang—akan sulit untuk dicapai.
Apakah kantor atau komunitasmu mengalami masalah keuangan yang sama? Ataukah, punya kebutuhan training finansial yang lain? Sila kontak WA 0811 1500 688 untuk mendiskusikan kebutuhan training finansialmu. Semua modul dibuat SIMPEL, PRAKTIS, dan tentu saja FUN!
Mau Pensiun Dini? Simak Dulu Syarat, Cara, dan Strateginya
Banyak karyawan yang bercita-cita untuk pensiun dini. Mengapa? Macam-macam sih alasannya. Salah satunya pengin agar bisa menikmati hidup selagi fisik masih prima.
Selain inisiatif pribadi, ada juga lo, pensiun yang ditawarkan oleh perusahaan, seperti fenomena yang terjadi pada awal pandemi untuk mengurangi beban perusahaan. Sedih sih ya, dengernya. Tapi, ya, kadang itu memang enggak bisa dihindari.
Ya, kalau bisa sih, setelah pensiun—terlepas dari inisiatif sendiri, ataupun karena menerima penawaran pensiun dari perusahaan—yang diharapkan adalah kerja lebih ringan tapi penghasilan sama atau bahkan lebih besar. Syukur-syukur cukup mengandalkan passive income dan hidup bersenang-senang.
Terlalu utopis? Ah, enggak juga sih. Pada dasarnya, semua kembali ke … persiapan. Betul, seberapa siap kamu dengan rencana pensiun?
Pensiun Dini Itu Apa?
Pensiun dini adalah permohonan pemberhentian atas permintaan sendiri sebelum memasuki masa pensiun. Umumnya, masa pensiun karyawan itu kurang lebih di usia 55 – 58 tahun. Nah, kalau mau, ya sebelum masa usia pensiun normal itu, kita berhenti bekerja.
Faktanya, pensiun dini bisa kok kita lakukan di usia yang sangat muda. Asal siap. Siap apa? Ya, siap dengan biaya hidup yang terus ada, tetapi tidak ada penghasilan aktif.
Perusahaan juga dapat memberikan penawaran pensiun dini. Tahu nggak siih, penawaran oleh perusahaan yang banyak dilakukan selama pandemi ini banyak juga lo yang disambut oleh karyawan karena iming-iming pesangon yang menggiurkan.
Yes, memanfaatkan kesempatan seperti itu enggak ada salahnya kok, tapi lebih baik jika dipersiapkan jauh sebelumnya. Pesangon yang besar tersebut bisa habis dalam sekejap jika belum memiliki gambaran apa yang akan dilakukan setelah pensiun.
Alasan seseorang mengajukan pensiun dini beragam, antara lain ingin punya usaha sendiri, alasan kesehatan, keluarga, bahkan ingin berpetualang keliling dunia. So, harus dipikirkan alasan kuatnya, karena di balik uang pesangon, ada hari-hari kosong tanpa rutinitas bekerja di kantor.
Dengan persiapan yang baik, masa transisi antara bekerja di kantor dan kegiatan setelah pensiun dikabulkan, diharapkan berjalan lancar.
Syarat Pensiun Dini
Sebenarnya, karyawan bisa merencanakan pensiun kapan pun diinginkan.
Belakangan banyak ajakan untuk pensiun sedini mungkin agar orang lebih bisa menikmati hidup atau memiliki kendali penuh terhadap hidupnya. Kamu mungkin bisa menemukan banyak tip yang beredar tentang pensiun dini sebelum usia 40 tahun. Semuanya tampak begitu mudah, tetapi nyatanya ya … nggak juga.
Syarat Pensiun Dini PNS
Ini ada aturannya lo, yaitu dalam UU ASN pasal 91. Namun, mungkin ada sedikit perbedaan mengikuti aturan masing-masing instansi. PNS bisa mengajukan pensiun dini berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014.
Jika pensiun atas permintaan sendiri, maka usia minimal pemohon adalah 45 tahun dengan masa kerja minimal 20 tahun. Jika alasannya perampingan organisasi, maka usia minimal pemohon adalah 50 tahun dengan masa kerja minimal 10 tahun. Pesangon diperoleh melalui program Jaminan Sosial Nasional (JSN).
Syarat Pensiun Dini Karyawan Swasta
Syarat pengajuan pensiun dini karyawan swasta berbeda-beda di setiap perusahaan, namun harus tetap sejalan dengan UU Cipta Kerja Pasal 81 Angka 56.
Ada 3 jenis pesangon yang ditetapkan, yaitu Uang Pesangon (UP), Uang Penghargaan Masa Kerja (UPMK) dan Uang Penggantian Hak (UPH). Karena berbeda-beda itulah, pemohon harus lebih teliti mempelajari perjanjian kerjanya dengan perusahaan sebelum mengajukan pensiun.
Cara Mengajukan Pensiun Dini
Pengajuan pensiun dini PNS sudah diatur dalam UU ASN. Meski terlihat lebih panjang, tapi alurnya kurang lebih sama untuk semua instansi, yaitu mengajukan berkas melalui biro kepegawaian untuk diteliti dan dimintakan penerbitan Keputusan PPK (Pejabat Pembina Kepegawaian). Keputusan PPK tersebut akan diteruskan ke BKN pusat dan regional untuk mendapatkan persetujuan teknis penerbitan SK Pensiun oleh PPK.
Untuk karyawan swasta, alur pengajuan pensiun dini mungkin lebih pendek dan penyelesaiannya lebih cepat. Namun, terbuka banyak peluang untuk negosiasi dengan tetap berpatokan pada peraturan masing-masing perusahaan dan UU Cipta Kerja.
Strategi Sukses Pensiun Dini
Kamu bisa sukses menikmati hidup dan pensiun sejahtera kapan saja, asal memiliki perencanaan yang matang. Faktanya, kesempatan langka seperti penawaran pensiun dengan pesangon besar dari perusahaan tak selamanya berakhir bahagia.
Ada beberapa strategi yang harus diperhitungkan sebelumnya.
1. Menghitung biaya hidup
Biaya hidup ini tidak hanya untuk keluarga sendiri tapi juga semua pihak yang selama ini berkaitan.
Misalnya termasuk dalam sandwich generation, maka kamu juga mesti menghitung biaya hidup orang tua juga. Setelah pensiun dini, mereka harus memastikan diri sendiri untuk memiliki pemasukan. Pemasukan tersebut bisa berasal dari usaha sendiri, usaha kerja sama atau hasil investasi.
Jika bermaksud menggunakan pesangon untuk modal usaha, maka kamu mesti cermat memperhitungkannya. Ingat, usaha yang baru dimulai setelah pensiun dini berisiko ketidakstabilan pemasukan di awal usaha. Ini bisa jadi masalah kalau kamu enggak siap. Karena itu, dana darurat harus ada untuk menutup biaya hidup sampai pemasukan baru tersebut stabil.
2. Mempersiapkan dana pensiun
Dana pensiun bisa didapat dari perusahaan, Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK), BPJS Ketenagakerjaan, dan/atau dipersiapkan secara mandiri.
Dana pensiun dari perusahaan, DPLK, atau BPJS Ketenagakerjaan ini diambil dari gaji karyawan sehingga merupakan hak karyawan. Selain dari gaji karyawan, ada perusahaan yang memberi tambahan.
Jika sudah punya target usia pensiun dini, kemungkinan jumlah dana pensiun yang akan didapat bisa dihitung. Jika ingin mempercepat atau ingin keuangan lebih terjamin setelah pensiun, bisa menambah dengan berbagai instrumen investasi yang sesuai dengan profil risiko dan tujuan keuangan.
3. Menghitung utang, piutang, dan aset
Jika sudah memiliki rencana pensiun, mulailah membangun aset aktif dan mengurangi utang.
Masa transisi akan lebih baik jika tidak dibebani dengan rutinitas mencicil utang di saat gaji tak lagi rutin. Aset aktif sebanyak-banyaknya dapat digunakan untuk investasi yang hasilnya menggantikan pemasukan rutin dan modal usaha.
Pisahkan pula sebagian untuk dana darurat. Sedangkan piutang bisa ditambahkan sebagai cadangan karena menagih utang ke pihak lain itu tak selalu mudah. Pasalnya, kadang kita memang kalah galak ketimbang yang berutang. Sad.
4. Menghitung target jangka panjang keluarga
Yang termasuk target jangka panjang keluarga adalah pendidikan anak, kepemilikan tempat tinggal, pengembangan usaha, dan sebagainya.
Dengan adanya target tersebut, maka perencanaan pensiun dini harus memasukkan pula perencanaan pendapatan di luar untuk biaya hidup agar ada yang bisa ditabung atau diinvestasikan jangka panjang.
5. Membuat daftar kegiatan
Tubuh dan pikiran perlu rutinitas agar otot-otot sehat dan tidak mudah pikun. Rutinitas harus dipertahankan meski bentuknya berbeda agar tidak bermalasan ketika memiliki usaha sendiri.
Meski berhasil hidup dari passive income sekalipun, memiliki hobi atau bergabung dengan komunitas akan membuat tubuh bugar karena terus bergerak. Memiliki aktivitas sosial juga membuat pikiran positif dan menjaga empati.
Pensiun dini memang tidak mudah. Tapi dengan perencanaan yang detail, masa transisi akan bisa dilalui dengan baik. Gimana, jadi mau pensiun sekarang?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Rencana Pensiun: 5 Langkah Menyiapkannya Agar Bisa Optimal
Penyusunan rencana pensiun merupakan proses multistep yang bisa disusun dalam waktu sekali duduk. Di dalamnya, akan ada banyak hal yang harus dipertimbangkan dan diperhitungkan, apalagi kalau memang kamu menginginkan untuk dapat pensiun dengan nyaman, aman, dan sejahtera. Prosesnya mungkin bahkan bisa dibilang menjemukan, nggak seseksi kalau kita lagi bikin rencana liburan. Tapi, bagaimanapun, ya teteup harus dibuat.
Perencanaan dana pensiun dimulai dengan proses menentukan tujuan keuangan secara realistis, dan berapa lama jangka waktunya hingga saat itu tiba. Kemudian, setelah itu, kamu juga harus menentukan instrumen seperti apa yang paling cocok untuk mengembangkan sekaligus sebagai tempat penyimpanan dana pensiun tersebut.
So, adakah di antara kamu yang masih ragu-ragu untuk membuat rencana pensiun? Masih saja bingung, program pensiun seperti apa yang cocok untukmu? Belum tahu mesti gimana hidupmu di masa pensiun nanti? Masih mau, “Diatur ntar ajalah, kalau sudah deket.”?
Wah, tahu nggak sih kamu, kalau kamu masih tarsok-tarsok—bentar besok bentar besok—alias menunda-nunda membuat rencana pensiun, bisa jadi kamu terancam gagal pensiun loh di hari tua nanti. Artinya, bisa jadi kamu berpeluang untuk terus bekerja sampai tua, bahkan menciptakan sandwich generation baru pada anak-anakmu di masa depan.
Duh, masa tega sih, menjadi beban hidup anak?
Yuk, makanya buat rencana pensiun! Sebenarnya cukup sederhana kok, hanya saja memang akan lebih baik jika mulai dari sekarang.
Langkah Membuat Rencana Pensiun
1. Tentukan jangka waktu
Membuat rencana pensiun adalah soal menentukan pengin hidup seperti apa kelak.
Usia kamu sekarang dan usia saat kamu mulai pengin pensiun akan menentukan banget dalam membuat rencana pensiun yang efektif. Semakin panjang waktunya, maka semakin tinggi tingkat risiko portofolio investasi yang bisa kamu lakukan. Artinya, nilai akhir investasi juga berpeluang besar semakin tinggi.
Kalau kamu saat ini masih di usia 20-an, maka itu artinya kemungkinan kamu akan pensiun dalam waktu 30 tahun lagi, lebih bahkan. Dengan demikian, instrumen berisiko tinggi akan lebih cocok, misalnya saham. Memang akan ada risiko volatilitas, tetapi dengan strategi analisis yang tepat, kamu bisa menemukan saham-saham yang akan bertumbuh dengan baik dalam jangka waktu panjang.
2. Perhitungkan inflasi
Inflasi adalah musuh utama kita dalam perencanaan keuangan. Kamu perlu imbal yang lebih besar daripada inflasi jika ingin mempertahankan daya beli kamu saat sudah masuk usia pensiun.
Para pakar keuangan sering menyebut inflasi sebagai anti-growth compound, karena dapat menggerogoti nilai uang kita. Tingkat inflasi yang kecil, misalnya 3%, dapat menggerus nilai tabungan sebesar 50% dalam waktu 24 tahun.
See? Memang hanya berkurang 3% sih setiap tahun. Tapi dikali 24 tahun, uangmu akan berkurang nilainya sebesar 50% loh!
Jadi, jangan pernah abaikan tingkat inflasi saat mulai membuat rencana pensiun.
3. Tentukan kebutuhan
Memproyeksikan kebutuhan hidup secara realistis akan membantu kamu menentukan seberapa besar portofolio yang harus disiapkan. Dari banyak sumber disebutkan, bahwa untuk pensiun sejahtera, seseorang setidaknya harus memiliki dana 70 – 80% dari penghasilan terakhirnya sebelum mulai masuk masa pensiun. So, apakah ini realistis?
Bisa iya, bisa tidak. Praktiknya, banyak hal yang bisa terjadi. Banyak pensiunan yang justru berbelanja melebihi kebutuhannya di awal-awal masa pensiun. Mengapa? Karena masih banyak yang sulit untuk meninggalkan kebiasaan lama. Dan, karena menganggur, mereka pun jadi merasa kebutuhannya bertambah. Belum lagi anggaran kesehatan yang bisa juga membengkak seiring usia.
4. Kenali berbagai karakteristik produk
Secara umum, semakin mendekati usia pensiun, maka portofolio sebaiknya semakin fokus pada aset yang mampu mendatangkan penghasilan secara pasif dan pelestarian modal. So, ada beberapa hal yang bisa dilakukan:
- Fokus pada instrumen obligasi yang memang tak setinggi saham return-nya, tetapi menjanjikan kupon yang relatif lebih teratur dan tidak terlalu fluktuatif.
- Jika ingin terus memanfaatkan saham, maka fokus pada pilihan saham-saham dividend aristocrate, yaitu saham-saham yang secara historis memberikan dividen secara teratur dan bertumbuh dari tahun ke tahun.
- Jika modal memang sudah memadai, diversifikasikan instrumen ke properti. Dari usaha penyewaannya, kamu akan bisa mendapatkan tambahan penghasilan lagi.
Dengan demikian, kamu perlu memiliki target yang jelas mengenai berbagai instrumen yang akan dapat diandalkan sebagai sumber pemasukan saat sudah tak produktif lagi. Jadi, yang sekarang harus kamu lakukan adalah mengenali berbagai macam produk beserta karakteristiknya, agar nantinya kamu tak salah dalam mengambil keputusan investasi.
Jika kamu merasa tak mampu untuk membangun dana pensiun secara mandiri, ada berbagai program yang menawarkan manfaat pensiun yang menguntungkan, seperti Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Silakan dicari dan dipelajari lebih dalam cara kerjanya ya. Siapa tahu bisa cocok.
5. Perkuat jaring pengaman
As you know, di masa pensiun, bisa jadi pengeluaran kesehatan akan menjadi salah satu pos pengeluaran yang paling prioritas. Karena itu, siapkanlah asuransi kesehatan sejak sekarang. Minimal, kamu wajib punya BPJS Kesehatan dan upayakan agar selalu aktif. Buat anggaran untuk iurannya ya, bahkan hingga kamu tak lagi bekerja nanti. Jika masih mampu, kamu juga bisa menambah asuransi penyakit kritis jika dibutuhkan.
Selain itu, selalu prioritaskan untuk punya dana darurat sesuai nominal ideal. Bangunlah dana daruratmu mulai sekarang, atau kembalikan dana darurat yang sempat kamu pakai.
Asuransi dan dana darurat merupakan fondasi penting dalam rencana keuangan, termasuk juga rencana pensiun.
Nah, itu dia 5 langkah mempersiapkan rencana pensiun yang bisa kamu lakukan sejak sekarang.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Kriteria Sejahtera Saat Pensiun adalah Mencapai 5 Hal ini
Pensiun adalah satu hal yang sering kali terlintas waktu kita sedang mumet bekerja. Rasanya waktu dan energi sudah banyak terkuras hingga ingin segera berhenti untuk kemudian menikmati hidup. Tapi, setelah melihat kondisi keuangan, lagi-lagi kita meringis dibuatnya.
Memang, keputusan untuk pensiun adalah bukan persoalan yang mudah ya. Apalagi untuk kamu yang juga punya tanggungan untuk menghidupi keluarga. Semua harus diperhitungkan matang-matang mulai dari anggaran, sumber pemasukan, hingga tujuan apa yang ingin kamu lakukan saat pensiun nanti.
Lalu, kapan waktu ideal untuk pensiun?
Dalam UU No. 20/2021 tentang Cipta Kerja, waktu untuk pensiun adalah menjadi keputusan pribadi masing-masing, pun di berbagai undang-undang maupun peraturan tidak ada yang mengatur detail tentang usia pensiun.
Hanya saja, yang diatur adalah hak atas manfaat pensiun, disebutkan dalam Permenaker No.02/1995 bahwa usia pensiun adalah 55 tahun bagi mereka yang berstatus PNS. Jika pekerjaan tetap diperoleh saat mencapai usia 55, maka maksimal pensiun pada 60 tahun. Namun, ketentuan usia pensiun ini kembali lagi pada hak pekerja dan disesuaikan dengan kebijakan internal dari pemberi kerja, terutama bagi karyawan swasta.
Lagi pula, yang penting dari pensiun adalah bukan tentang waktu saja, melainkan keadaan atau kondisi kamu setelah tidak bekerja. Siap enggak kamu menjalaninya? Kehidupan seperti apa yang kamu inginkan nantinya?
Hal yang Harus Dipersiapkan Saat Pensiun Adalah …
Ada baiknya sebelum saat merencanakan pensiun, kamu sudah mempersiapkan hal-hal berikut ini yang dapat menunjang kehidupan di masa setelah selesai bekerja. Supaya apa? Agar kamu dapat menikmati masa pensiun dengan tenang tanpa kekhawatiran.
Dana Pensiun
Buatlah rekening untuk menyimpan tabungan dana pensiun. Umumnya, kamu bisa mengikuti program dana pensiun dari tempat kamu bekerja.
Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia, Dana pensiun adalah dana yang keuangannya diperoleh dari iuran tetap para peserta ditambah penghasilan perusahaan yang disisihkan dan para peserta berhak memperoleh bagian keuntungan itu setelah pensiun.
Sementara mungkin kantormu sudah memiliki program pensiun yang tersistemasi dengan baik, kamu juga bisa mempersiapkannya secara mandiri. Dana ini bisa diperoleh dari penyisihan 10% dari pendapatan bulanan kamu, atau berapa pun sesuai kondisimu dan juga setelah kamu melakukan analisis keuangan, tentunya.
Berapa yang harus dipersiapkan? Semua tergantung pada gaya hidup seseorang. Ini nantinya akan memengaruhi besarnya pengeluaran rutin, yang kemudian akan jadi faktor penghitung kebutuhan selama masa pensiun.
Jadi, berapa? Sudah berhitung belum? Kalau sudah ikut kelas Dana Pensiun QM Financial sih, pasti sudah ketemu angkanya.
Selesaikan Utang
Salah satu hal yang mestinya bereskan sebelum pensiun adalah kewajiban membayar utang. Ini berlaku baik untuk utang jangka pendek maupun panjang.
Ingat, di masa pensiun, asumsinya kamu sudah tak berpenghasilan aktif loh. Gaji pensiunan biasanya ya diambil dari dana pensiun yang sudah ada. Besarannya pastilah enggak sama dengan besarnya gaji sebelum kamu pensiun. Konon, malahan, kamu setidaknya “hanya” menerima 30%-nya saja kalau hanya mengandalkan Jaminan Pensiun dari BPJS Ketenagakerjaan.
Ouch! Jauh banget nggak tuh?
Buat Perencanaan Keuangan
So, sebaiknya, jangan tunda lagi. Sekaranglah saatnya mulai membuat rencana keuangan untuk pensiun agar kamu semakin terdorong untuk mencapai tujuan.
Apa tujuan kamu setelah pensiun? Liburan, melakukan kegiatan baru? Tentunya untuk memulai hal baru kamu harus punya finansial yang mumpuni untuk bisa meraihnya. Rencanakan tujuan setelah pensiun, agar kamu bisa memperkirakan dan mempersiapkan berapa biaya yang harus kamu punya.
Kriteria Sejahtera di Masa Pensiun Adalah Saat Mencapai 5 Hal Ini
Merdeka Finansial
Pensiun adalah waktunya kamu menikmati hasil kerja kerasmu. Merdeka secara finansial jadi kriteria terpenting untuk bisa mendapatkan masa pensiun yang sejahtera. Artinya dalam hal keuangan kamu sudah siap dan tidak bergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupmu. Tidak juga pada anak-anakmu.
Hal ini—pertama-tama—berarti kamu terbebas dari utang, aset yang cukup, dan gaya hidup yang sesuai.
Dapat Melakukan Hobi atau Kegiatan Baru dengan Leluasa
Pensiun adalah masa ketika kamu bisa memulai kembali kehidupanmu, setelah bertahun-tahun bekerja keras, dan menata kembali apa yang ingin kamu lakukan di dunia. Misalnya kamu ingin ikut kegiatan volunteer atau kegiatan sosial yang bermanfaat bagi banyak orang.
Atau kamu pernah punya cita-cita jadi penulis? Kamu bisa memulainya dengan membuat blog atau naskah cerita untuk kemudian diterbitkan. Carilah kegiatan baru yang dapat menghibur, menambah kualitas diri, dan jadi pengalaman baru kamu.
Tinggal di Tempat yang Diinginkan
Kamu mungkin memiliki keinginan untuk menghabiskan masa pensiun di tempat yang nyaman. Mau tetap di kota? Atau melipir ke desa? Atau pengin punya beach house? Atau rumah dengan lahan yang luas untuk berkebun dan menanam pohon buah?
Apa pun yang kamu inginkan, adalah target yang harus kamu capai sebelum masa pensiun tiba. So, pilihan lokasi saat membeli rumah itu sangat penting. Sesuaikan dengan rencana keuangan yang sudah kamu buat ya.
Punya Pendapatan Pasif
Meski sudah menyiapkan dana pensiun, kadang ini juga nggak cukup untuk memenuhi kebutuhan darurat. Sejahtera menjalani pensiun adalah ketika kamu memiliki bekal yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Salah satunya dengan memiliki pendapatan pasif, alias passive income.
Pendapatan pasif bisa diperoleh dari investasi saham, sewa properti, atau memiliki usaha yang memungkinkan kamu dapat menikmati hasil tanpa harus bekerja mengeluarkan waktu dan tenaga.
Meraih Impian yang Lama Terpendam
Pernahkah kamu berangan-angan untuk berkeliling dunia? Atau sesederhana ingin pergi ke taman hiburan Disneyland di Jepang? Ya, meski terlihat sederhana, kadang impian tersebut susah diraih saat masih produktif bekerja.
Pensiun adalah saatnya untuk kamu meraih impian yang sempat kamu pendam lama. Persiapkan biaya akomodasi dalam perencanaan keuangan pensiun.
Namun, jangan lengah dan gunakan masa produktif kamu saat ini untuk bekerja dan menggali potensi diri. Sejahtera saat pensiun adalah impian semua orang, tapi hal itu tidak bisa kita capai jika saat ini masih menyia-nyiakan waktu yang ada.
Yuk, persiapkan dengan sebaik-baiknya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Investasi Reksa Dana dan 5 Tujuan Finansial yang Bisa Dicapai
Investasi reksa dana memang bisa untuk memenuhi tujuan finansial ya? Jawabannya, sangat bisa! Sayangnya masih ada aja orang yang skeptis karena takut malah rugi atau bingung cara melakukannya.
Sebentar, sebelum masuk ke ranah investasi, kamu sudah punya tujuan finansial belum? Selamat untuk kamu yang sudah punya target. Nah, bagi yang belum, yuk segera buat, apa sih target finansial yang mau kamu capai? Apalagi buat tahun ini, ya kan? Tahun yang bikin harap-harap cemas banget deh.
Tujuan finansial ini punya peran yang penting supaya kondisi keuangan kamu lebih aman di masa mendatang. Dengan tujuan finansial, kamu juga bisa menggapai angan-angan yang sering kamu impikan.
Misalnya, liburan ke Cappadocia, Turki? Nah, siapa tahu ketemu Lydia sama Mas Aris kan di sana? Rencana ini bisa kamu capai dengan mulai menabung dengan menyisihkan sedikit demi sedikit dari pendapatan kamu. Nah, biar tabungan kamu lebih terasa ‘bergerak’, kamu bisa melakukan investasi reksa dana.
Kenapa Harus Investasi Reksa Dana?
Investasi reksa dana adalah sebuah wadah yang mengelola dana atau modal yang dikumpulkan dari masyarakat pemodal untuk diinvestasikan ke portofolio efek oleh manajer investasi.
Nantinya, modal investasi akan dikonversikan ke berbagai jenis seperti pasar uang, obligasi, maupun saham. Nah, investasi reksa dana ini sangat dianjurkan dan cocok untuk investor pemula, kenapa? Berikut alasannya.
Investasi yang mudah
Sudah banyak aplikasi investasi reksa dana yang terpercaya dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan. Kamu bisa dengan mudah mengunduhnya, melakukan registrasi, kemudian melakukan transaksi modal awal.
Tenang, kini beberapa aplikasi dilengkapi dengan fitur robo advisor yang bisa membantu kamu memilih jenis reksa dana yang sesuai dengan profil risiko kamu.
Diatur dengan baik
Semua jenis reksa dana diatur oleh Manajer Investasi (MI) yang merupakan pihak profesional dan mengikuti aturan BEI. Dengan begitu, modal investor lebih aman dan terlindungi.
Diversifikasi
Keuntungan paling menonjol dari investasi reksa dana adalah diversifikasi aset. Pasalnya, di sini, modal disebar ke aset yang berbeda sehingga dapat memisahkan hambatan di beberapa sektor.
Bersifat likuid
Kamu bisa mencairkan dana atau menjual reksa dana dengan mudah setelah mencapai target dan kebutuhan finansial kamu. Setelah likuidasi, dana akan tersimpan otomatis ke rekening bank dalam jangka waktu yang ditentukan.
Selain empat keunggulan tersebut, masih ada beberapa manfaat yang bisa kamu dapatkan setelah memulai melakukan investasi reksa dana. Lebih cepat kamu memulai, lebih cepat kamu mencapai tujuan finansial kamu.
5 Tujuan Finansial yang Dapat Diraih dengan Reksa Dana
Kalau kamu sudah punya tujuan finansial sekaligus perencanaannya, kamu bisa menjadikan investasi reksa dana ini sebagai jalan alternatif untuk meraihnya. Tunggu apa lagi, yuk simak beberapa tujuan yang bisa kamu raih dengan reksa dana!
Dana Darurat
Sebenarnya, apa sih fungsi dana darurat? Masih banyak yang menyepelekan alokasi dana untuk hal ini. Padahal ini sangat penting untuk mengurangi kerugian di situasi darurat.
Tak semua rencana bisa berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Namanya juga hidup, kadang di atas kadang di bawah. Misalnya waktu awal pandemi masuk ke Indonesia. Hampir semua sektor kelimpungan dan nggak sedikit orang kena PHK.
Di situlah peran dana darurat bekerja, ketika kamu mendapat musibah setidaknya kamu masih memiliki pegangan untuk kebutuhan hidup beberapa bulan ke depan.
Dana darurat juga bisa kamu gunakan untuk biaya ketika kamu atau keluarga jatuh sakit dan tidak memiliki asuransi maupun BPJS atau perbaikan laptop yang tiba-tiba rusak padahal kamu butuh untuk bekerja.
Terus, berapa jumlah ideal yang harus disiapkan untuk dana darurat? Sebetulnya soal jumlah balik lagi ke pengeluaran harian selama kurang lebih 3-6 bulan.
Kamu bisa memenuhi target jumlah dana darurat dengan berinvestasi pada reksa dana pasar uang. Hasil keuntungan bisa mencapai 6-8% per tahun. Terlebih reksa dana pasar uang ini relatif lebih stabil dan rendah risiko. Untuk pencairan dana pun hanya perlu waktu 1-2 hari saja.
Dana Pensiun
Setiap orang pastinya ingin memiliki masa pensiun yang tenang dan sudah mencapai kebebasan finansial. Kalau begitu, untuk mengumpulkan dana pensiun, investasi adalah pilihan yang tepat.
Umumnya, untuk bisa hidup nyaman, setidaknya ketika pensiun kamu punya pegangan 70% dari pendapatan terakhir sebelum pensiun. Contoh gaji terakhir kamu Rp7 juta, nah, setidaknya kamu perlu menyiapkan Rp 4,5-5 juta untuk kebutuhan hidup bulanan di masa pensiun nanti. Itu kalau kamu mau hidup sejahtera.
Kamu bisa mengalikan jumlah tersebut dengan target berapa tahun lagi kamu akan pensiun. Setelah mendapat totalnya, kamu bisa mulai investasi reksa dana campuran atau reksa dana saham yang hasil keuntungannya bisa lebih besar untuk jangka waktu panjang.
DP Rumah Pertama
Rumah biasanya jadi salah satu tujuan finansial yang banyak diincar. KPR bisa jadi jalan aman untuk kamu meraih impian punya rumah secara mandiri. Namun, tidak sedikit DP untuk KPR yang harus kita siapkan.
Standar DP-nya berada di kisaran minimal 15-20%. Tapi, ada juga beberapa bank yang kini menawarkan DP 0%. Kamu bisa memilih sesuai kemampuan, tetapi ingat, bahwa jika kamu memilih DP 0%, maka perhitungan cicilan juga akan lebih besar. Carilah yang sekiranya paling aman untuk keuanganmu.
Nah, dengan jumlah yang nggak sedikit, mau tidak mau, maka rencanamu perlu dibantu dengan investasi reksa dana saham, yang imbal hasilnya sepadan.
Biaya Pendidikan Anak
Biaya untuk pendidikan bisa jadi tanggung jawab besar bagi para orang tua. Terlebih melihat inflasi untuk sekolah dasar hingga menengah yang terus mengalami kenaikan hingga 12% per tahun. Sedangkan, kuliah kenaikannya mencapai 10%. Ada yang sampai 20%? Ada juga.
Selain itu, tak hanya uang pangkal dan biaya pendidikan per semester atau per bulan yang harus diperhitungkan, tetapi juga ada biaya lainnya loh. Misalnya, anak harus kos, sudah pasti akan ada biaya hidup selama waktu tersebut. Belum lagi seperti buku-buku, les, dan keperluan penunjang sekolah yang lain.
Karena itu, penting bagi orang tua mana pun mempersiapkan dana pendidikan untuk semua jenjang hingga meraih sarjana. Semakin awal kamu berinvestasi, semakin banyak keuntungan yang bisa diraih. Sesuaikan dengan target nominal dan juga jangka waktunya, kamu bisa memilih reksa dana campuran ataupun reksa dana saham, yang menawarkan keuntungan relatif lebih tinggi tetapi juga dengan risiko yang lebih tinggi pula. Pahami risiko yang bisa terjadi, sehingga kamu pun bisa mengantisipasinya dengan baik.
Anggaran Liburan
Siapa yang tidak ingin menggunakan sebagian hasil kerja kerasnya untuk berlibur? Setelah bekerja beberapa tahun, setiap orang pantas untuk mendapat waktu liburan yang layak.
Atau kamu punya mimpi lain yang ingin dituju? Apa pun itu, buat rencana keuangan secara spesifik. Detailkan tujuan, jumlah dana yang dibutuhkan, dan kapan kamu akan merealisasikannya. Setelah membuat rencana, lakukan survei agar target lebih tepat.
Untuk mencapainya, kamu bisa menggunakan reksa dana pasar uang dengan perhitungan yang telah ditetapkan sesuai dengan rencana kamu. Yang pasti kamu perlu merencanakan sedetail mungkin agar tujuan finansial kamu bisa tercapai.
Nah, sekarang kamu tak perlu khawatir lagi untuk menggunakan investasi reksa dana sebagai jalan alternatif mewujudkan tujuan finansial kamu. Yuk mulai tetapkan target dan rajin menabung dengan reksa dana. Selamat mencoba!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Yang Bergaji 40 Juta Pun Terasa Berat, Ini Contoh Perencanaan Keuangan Sandwich Generation
Topik tentang sandwich generation memang selalu menarik, betul kan? Salah satu alasannya karena relate terhadap banyak orang. Lalu, pengin tahu enggak, gimana cara mengatur keuangan sandwich generation? Syukur-syukur kalau ada contoh perencanaan keuangan yang bisa dipakai untuk para sandwich generation dengan gaji berapa pun.
Yes, sandwich generation mendeskripsikan diri mereka sebagai pihak yang harus menanggung biaya hidup diri sendiri dan keluarganya, plus generasi di atasnya, yaitu orang tua. Hal ini terjadi salah satu penyebabnya adalah karena tidak siapnya generasi orang tua untuk hidup mandiri saat pensiun.
Tapi, mengapa hal ini menjadi masalah besar?
Dalam artikel kali ini, kita akan bahas soal sandwich generation, tip mengelola keuangannya, serta ada sedikit contoh perencanaan keuangan yang sesuai.
Data-Data Prevalensi Sandwich Generation
Dari data survei Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai Statistik Penduduk Lanjut Usia tahun 2017, 77.82% sumber pembiayaan rumah tangga para lanjut usia ternyata ditopang oleh anggota keluarga lain yang bekerja. Sementara, Survei Ekonomi Nasional yang sama-sama diadakan tahun 2017 menyatakan bahwa sebesar 62.64% lanjut usia di Indonesia tinggal bersama anak cucu mereka.
Sejatinya, fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Pusat Penelitian Pew di Amerika Serikat juga mencatat, bahwa satu dari 8 orang penduduk Amerika berusia 40 – 70 tahun harus membesarkan anak, sekaligus merawat orang tua mereka. Sementara, Carers UK pada surveinya tahun 2012 memberikan fakta bahwa ada sekitar 2.4 juta orang punya pos pengeluaran khusus untuk perawatan anak dan juga kerabat yang lebih tua ataupun difabel.
Beratnya beban sandwich generation tak jarang lantas membuat mereka mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, termasuk tak bisa menabung secara rutin dengan nominal yang memadai. Jangankan memikirkan kebutuhan di masa depan, untuk kebutuhan di masa sekarang bisa saja dirasa cukup sulit.
Lalu, seperti apa contoh perencanaan keuangan untuk bisa mengatasi hal ini?
Beban para Sandwich Generation
Mengutip berita dari Kompas.id yang saat artikel ini ditulis sedang viral, ada beberapa kisah sandwich generation yang mengeluhkan beratnya hidup mereka.
Salah seorang di antaranya ada yang bergaji Rp11 juta. Alih-alih menggunakannya untuk “memanjakan diri”, sebanyak Rp4 juta diberikan sebagai uang bulanan orang tua. Sementara ia juga masih harus menanggung tagihan listrik, dan juga memberi uang saku adiknya. Dari Rp11 juta, ia hanya bisa menggunakan Rp3.5 juta untuk kebutuhan hidup. Uang Rp3.5 juta itu, Rp1.5 juta untuk kos, dan tersisa Rp2 juta saja untuk makan, transportasi, dan kebutuhan lain.
Seorang sandwich generation yang lain mengaku bergaji Rp40 juta. Disetorkan untuk keluarga besar sebesar Rp20 juta, yang dimanfaatkan untuk ongkos jalan-jalan sang ibu, kredit mobil sang ayah, kebutuhan keluarga besar, sampai uang sekolah keponakan. Ia sendiri “kebagian” Rp20 juta, yang lebih banyak dialokasikan ke tabungan hari tua, karena ia mengaku tak tertarik aset tak bergerak. Ia tak mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan hidup, tetapi punya “ancaman” yang berbeda; ia sepertinya harus menunda cita-citanya untuk pensiun dini di usia 40 tahun.
Nah, bagaimana denganmu?
Yah, terlepas dari nominal gaji, kita sepakat bahwa perjuangan masing-masing individu itu berbeda. Begitu juga dengan sandwich generation. Meski kepepet, ya harus bisa survive. Yang satu terancam tak bisa memenuhi kebutuhan hidup, yang lain terancam pensiun dininya.
Yuk, simak terus untuk tahu contoh perencanaan keuangan yang tepat.
Tip dan Contoh Perencanaan Keuangan untuk Sandwich Generation
1. Tetapkan tujuan keuangan
Pertama, sebelum beranjak ke contoh perencanaan keuangan, tentu saja harus jawab dulu pertanyaan wajibnya: #TujuanLoApa? Dari sini, baru deh kamu bisa tarik ke belakang, untuk membuat perencanaan keuangannya.
Jadi misalnya, untuk si sandwich generation bergaji Rp11 juta, kamu bisa punya tujuan keuangan mengumpulkan dana darurat dulu, lalu dana menikah, dana liburan, dana apa pun juga boleh. Jika kamu sudah menikah, pastinya tujuan keuangan kamu akan berbeda dari yang lajang. So, sesuaikan dengan kondisimu ya.
2. Rumus cash flow 1 – 2 – 3 – 4
Setelah kamu memiliki tujuan keuangan, berikutnya ada contoh perencanaan keuangan. Kamu bisa memanfaatkan rumus cash flow ala QM Financial, yaitu rumus 1 – 2 – 3 – 4. Apa pun alokasinya, buatlah berdasarkan pola 1 – 2 – 3 – 4, sesuaikan dengan kondisimu. Karena kamu adalah sandwich generation, maka uang bulanan untuk membantu keluarga besar juga harus dimasukkan ke dalam rumus ini.
Contoh perencanaan keuangan untuk kamu yang bergaji Rp11 juta:
- Alokasi untuk keluarga besar: 40% x Rp11 juta = Rp4.400.000
Nah, ini sebaiknya sih sudah termasuk tagihan listrik dan kebutuhan lainnya yang di luar untuk kebutuhanmu sendiri ya, agar bisa seimbang antara membantu keluarga tetapi juga tidak mengorbankan kebutuhan pribadi. - Kebutuhan rutin: 30% x Rp11 juta = Rp3.300.000, termasuk untuk uang kos, makan, dan transportasi.
- Investasi dan menabung untuk masa depan: 20% x Rp11 juta = Rp2.200.000
- Lifestyle atau keperluan lainnya: 10% x Rp11 juta = Rp 1.100.000
Urutan dan nominalnya bisa kamu tukar dan sesuaikan, intinya adalah kamu menentukan prioritas.
Mari kita lihat contoh perencanaan keuangan untuk yang bergaji Rp40 juta.
Ini bisa jadi akan berbeda nih prioritasnya, meski sama-sama lajang. Mungkin rumus 1 – 2 – 3 – 4 juga kurang sesuai, karena yang bersangkutan mengaku tidak terlalu suka jajan, dan lebih suka mengalokasikan sebagian besar gaji untuk tabungan hari tua.
- Alokasi untuk keluarga besar: 40% x Rp40 juta = Rp16.000.000
- Investasi dan menabung untuk masa depan: 40% x Rp40 juta = Rp16.000.000.
- Kebutuhan hidup dan lifestyle: 20% x Rp40 juta = Rp8.000.000
Mari kita asumsikan si kakak yang bergaji Rp40 juta ini sekarang berusia 30 tahun. Dengan berinvestasi sebesar Rp16.000.000 per bulan di instrumen reksa dana saja, jika ia berencana untuk pensiun dini di usia 40 tahun nanti, nilai investasinya akan bertumbuh pada kisaran Rp2 – 3 miliar. Ini tinggal disesuaikan dengan kebutuhannya, yang terlihat dari besaran pengeluaran setiap tahunnya, dan kemudian diperhitungkan dengan angka harapan hidup.
3. Diskusikan dengan anggota keluarga
Nah, terkait alokasinya, angka di atas hanyalah contoh perencanaan keuangan. Realisasinya, kamu tentunya harus berdiskusi dengan orang tua kamu.
Misalnya saja, untuk si kakak yang punya gaji Rp40 juta, mungkin jalan-jalan sang ibu bisa agak dikurangi. Cermati juga pos yang lainnya. Yang tak penting dan tidak urgent, bisa dikurangi atau dihilangkan. Jika kamu bisa menghemat pos lifestyle kamu, pastikan keluarga juga ikut berpartisipasi dalam upaya berhemat ini. Akan sangat lebih baik jika kamu tak sendirian dalam upaya ini.
Pastinya, mereka juga akan mengerti keadaannya jika memang kamu merasa kesulitan. Diskusikan juga dengan anggota keluarga lain yang memungkinkan. Intinya, berbagilah beban. Karena sebenarnya sebagai keluarga seharusnya kan saling bantu, bukan?
Pengin lebih banyak contoh perencanaan keuangan yang sesuai untukmu? Yuk, gabung di kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!